Kamis, Juli 22, 2010

INTERAKSI SIMBOLIK

oleh Novia Eko Wahyu

Interaksi simolik merupakan aliran sosiologi Amerika yang lahir dari tradisi psikologi. Walau dalam sejarah interaksi simbolik, Cooley dan Thomas merupakan tokoh terpenting, tetapi hanya filosof George Herbert Mead, seorang warga Amerika awal abad ke sembilan belas dan seangkatan dengan mereka, yang sering di anggap sebagai sesepuh dari perspektif ini. Dalam pandanagan interakionis simbolis manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi objektif, tetapi paling tidak sebagian, merupakan actor-aktor yang bebas. Pendekatan kaum interaksionis menekankan perlunya sosiologi memperhatikan definisi atau interpretasi subjektif yang dilakukan actor terhadap stimulus objektif, bukannya melihat aksi sebagai tanggapan llangsung terhadap stimulus social. menurut Mead orang tak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikiann orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Dalam interaksi orang belajar memahami symbol-simbol konfensional, dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakn sehingga mereka mampu memahami peranan actor-aktor lainnya. Seorang penyanyi, misalnya, tahu benar bahwa tepuk tangan para penonton merupakan cermin rasa senang terhadap penampilannya.
Bagi Blumer (1969:2) interaksionalisme-simbolis bertumpu pada tiga premis
1. manusia bertindak dalam sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
2. makna tersebut berasal dan “interaksi social seseorang dengan orang lain”.
3. makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi social berlangsung.
Kaum fungsional struktural menekankan bahwa manusia merupakan produk dari masing-masing masyarakatnya, sedangkan kaum interaksi simbolis menekankan sisi yang lain yaitu bahwa struktur social merupakan hasil interaksi manusia. Masyarakat merupakan hasil interaksi simbolis dan aspek inilah yang harus merupakan masalah bagi para sosiolog. Bagi Blumer keistimewaan pendekatan kaum interaksionis simbolis ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut mode stimulus respon. Seseorang tidak langsung memberi respon pada tindakan orang lain, tetapi diodasari oleh pengertian yang diberikan kepada tindakan itu.
Dalam melihat masyarakat Blumer (1969: 78) menegaskan 2 perbedaan kaum fungsional struktural dan interaksionis simbolis.
Pertama dari sudut intraksi simbolis. Organisasi masyarakat manusia merupakan suatu kerangka dimana tindakan social berlangsung dan bukan merupakan penentu tindakan itu.
Kedua, organisasi yang demikian dan perubahan yang terjadi didalamnya adalah produk dari kegiatan unit-unit yang bertindak dan tidak oleh “kekuatan-kekuatan” yang membuat unit-unit itu berada di luar penjelasan. Interraksionisme simbolis yang sdiketengahkan Blumer mengandung sejumlah “root images” atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut:
• masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur social.
• interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi-interaksi simbolis mencangkup stimulus-respon yang sederhana, seperti halnya batuk untuk membersihkan tenggorokan seseorang. Interaksi simbolis meencangkup “penafsiran tindakan” .
• objek-objek, tidak mempunyai makna yangh intrinsic, makna lebih merupakan produk interaksi simbolis. Objek dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori yang luas yaitu objek fisik, objek social, dan objek abstrak.
• Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai objek.
• Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
• Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok, hal ini disebut dengan tindakan bersama yang dibatasi sebagai “organisasi social dari perilaku tindakan-tindakanberbagai manusia.
Dasar-dasar metodologis pendekatan Blumer pada teori kaum interaksionis simbolis juga telah ditantang oleh kaum interaksi simbolis lainnya (misalnya Kuhn, 1964). Pendekatan humanistis Blumer pada interaksi simbolis dikenal sebagai aliran Chicago (Chicago school), sedang pendekatan positivistis atau naturalistis dari Manford Kuhn dikenal sebagai aliran lowwa (lowa school). Interaksionisme simbolis aliran lowa ini menekankan kebersamaan (commonalities) dengan disiplin ilmiah lain dan menggunakan tekhnik-tekhnik rencana penelitian yang lebih standar.
Premis-premis teoritis interaksionisme simbolis Blumer ini membimbingnya dalam menetapkan sebaagai garis besar metodologis penelitian. Tindakan social harus dilihat sebagai suatu proses dan sehubungan dengan bagaimana tindakan itu terbentuk. Karena itu organisasi atau struktur social dilihat sebagai tindakan organisasi. Interaksionisme simbolis mencoba menjelaskan bagaimana cara parra partisipan membatasi, menafsirkan dan menangkap situasi-situasi, yang kemudian memperlancar pembentukan struktur atau perubahannya. Dalam penelitian empiris hakikat prosesual pembentukan “diri” dan struktur social tidak boleh diabaikan.






DAFTAR PUSTAKA

Poloma M. Margaret. Sosiologi Kontemporer. PT Raja Grafindo Persada. Jakarata: 2004

1969 Symbolic Interactionism : perspective and Method. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc

Blumer Herbert 1966 “sosiiological implications of The Though of George Herbert Mead” the American Journal of Sosiology 71 (maret): 535-544.

Kuhn, Manford H. 1964 “Major Trends in Symbolic Interaction Theory in The Past Twenty-five Years. “Sociological Quarterly 5 (Winter): 61-84.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar