Kamis, Juli 22, 2010

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

oleh: Intan Lusiana

Komunikasi antar pribadi, di dalam kelompok dan organisasi, dalam konteks publik secara tatap muka atau melalui media, seringkali menemui hambatan sehingga tidak efektif lantaran mengabaikan pengaruh budaya dan perbedaan-perbedaan antar budaya. Dalam konteks itu, matakuliah ini menyajikan sejumlah pendekatan dan model, konsep dan teori, prinsip-prinsip dan faktor-faktor komunikasi yang memperhatikan pengaruh budaya dan perbedaan-perbedaan antar budaya di dalam proses komunikasi.

Kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman yang memadai tentang komunikasi lintas budaya ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa agar mampu mengembangkan kapasitasnya dalam bidang Komunikasi Bisnis dalam situasi lintas budaya dengan beragam pihak.

Matakuliah Komunikasi Lintas Budaya memberikan pengertian tentang hubungan yang esensial antara komunikasi dan budaya sebagaimana faktor dalam proses komunikasi dalam budaya yang berbeda, terutama dalam menghadapi era globalisasi dengan menjelaskan prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya, pengertian budaya, universalisme dan partikulasi budaya, sistem tanda dalam budaya tertentu, bahasa dalam budaya, pengertian prasangka budaya dan stereotipe, bentuk-bentuk komunikasi dalam berbagai budaya yang berbeda.

Analisis :

Dengan mengikuti matakuliah Komunikasi Lintas Budaya ini, mahasiswa mampu:

  1. memahami hubungan yang esensial antara komunikasi dan budaya
  2. memahami prinsip-prinsip dan elemen-elemen penting dalam komunikasi lintas budaya
  3. memahami universalisme dan partikulasi budaya dalam konteks komunikasi
  4. memahami sistem tanda dan bahasa dalam budaya-budaya tertentu
  5. memahami bahaya prasangka dan stereotipe
  6. memahami sejumlah bentuk komunikasi dalam perbedaan budaya

Walaupun orang telah mempelajari komunikasi sejak jaman purbakala, namun perhatian terhadap pentingnya komunikasi baru muncul belakangan, yaitu pada awal abad ke-20. Bartnet Pearce (1989) menyebutkan, munculnya peran komunikasi sebagai penemuan revolusioners yang sebagian besar disebabkan oleh penemuan teknologi komunikasi. Seperti radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan computer.

Study akademik yang lebih serius terhadap ilmu komunikasi dimulai dengan selesainya perang dunia I. selain karena factor kemajuan teknologi komunikasi, perhatian serius terhadap ilmu komunikasi ditunjang munculnya pikiran pragmatisme dan progresivisme dikalangan para ahli ilmu sosial yang mendorong keinginan untuk memperbaiki masyarakat melalui perubahan sosial yang luas.

Dalam makalah kami ini, kami membahas tentang komunikasi yang berhubungan dengan sosial, psikologi dan budaya. Bagaimana komunikasi tesebut di pakai dalam berbagai budaya di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan. Komunikasi tidak lagi hanya dilakukan oleh personal (komunikasi yang melibatkan dua orang saja), namun sudah dilakukan lewat kelompok dan komunikasi masa. Apa saja yang menjadi keharusan dalam komunikasi untuk berhubungan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Didalam ini terdapat stategi komunikasi tersebut, dan juga beragai masalah dalam ilmu komunikasi.

  1. Komunikasi

Komunikasi merupakan aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Komunikasi merupakan alat penghubung antara satu orang ke orang lain. Komunkasi lintas budaya merupakan hubungan antara saru orang ke orang lain yang tesebar ke seluruh daerah yang ada di dunia.

  1. Teori Komunikasi

Pemikiran yang berada di bawah naungan tradisi sosiopsikologi (sociopsychological tradition) memandang individu sebagai makhluk sosial. Setiap orang pasti akan memandabg dirinya sebagai individu yang memiliki tubuh, otak dan kulit yang berfungsi sebagai batas dirinya dengan dunia di luarnya. Setiap orang adalah unik dari segi fisiknya, dan bahkan jika dua orang yang bersaudara kembar identik sekalipun tidak memiliki wajah yang 100 persen sama. Setiap orang pada umunnya menyadari bahwa mereka sebagai individu memiliki sejumlah sifat yang membuat dirinya sebagai individu berbeda dengan individu lainnya. Namun, pada saat bersamaan, Anda menyadari bahwa sebagai individu, Anda tidak tinggal sendirian di bumi ini,namun menjadi bagian dari suatu masyarakat dan melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, selain sebagai makhluk individu, Anda mungkin menyadari memiliki berbagai karateristik yang Anda tunjukkan ketika Anda berkomunikasi dengan orang lain.

Studi yang mempelajari individu sebagai makhluk sosial merupakan kekuatan dari tradisi pemikiran sosiopsikologi. Pemikiran yang berasal dari bidang ilmu psikoogi sosial ini telah berkembang menjadi suatu pemikiran yang sangat berpengaruh dalam teori komunikasi. Pemikiran sosiopsikologi sangat bermanfaat dalam membantu kita memahami berbagai situasi sosial di mana kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang (judgements) menjadi biasa karena adanya factor kepercayaan (belief) dan perasaan (feeling) serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain. Teori-teori yang berbeda di bawah tradisi sosiopsikologi memberikan perhatiannya pada perilaku sosial individu, variable psikologis, pengaruh individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisi, yaitu proses mengetahui dan memahami. Walaupun beberapa teori dalan tradisi ini memiliki perbedaan pandangan satu dengan lainnya, namun secara umum, teori-teori tersebut memiliki pandangan yang sama terhadap perilaku, sifat serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku.

Dalam tradisi sosiopsikologi, penjelasan psikologis adalah sangat penting karena menurut pemikiran ini, terdapat suatu mekanisme universal pada diri setiap individu yang akan mengarahkan tindakannya. Mekanisme universal ini dapat diketahui melalui riset yang cermat. Sebagai akibatnya, tradisi pemikiran ini sering kali diasosiasikan dengan “ilmu pengetahuan komunikasi”.

Kebanyakan penelitian yang berada dalam tradisi sosiopsikologi dewasa ini memberikan perhatian pada bagaimana orang mengolah pesan, dengan penekanan pada bagaimana individu merencanakan strategi pesan, bagaimana penerima pesan mengolah pesan, serta efek pesan atas diri individu. Tidak mengherankan teori-teori mengenai persuasi dan sikap mendominasi tradisi ini selama bertahun-tahun. Salah satu pendekatan popular pada tradisi sosiopsikologi ini adalah teori mengenai sifat (trait theory) yang mengindentifikasi berbagi variable kepribadian dan juga kecenderungan pengirim pesan yang akan mempengaruhi bagaimana individu bertindak dan saling berinteraksi.

Kebanyakan teori komunikasi sosiopsikologi dewasa ini berorientasi kognitif yang memberikan pandangan mengenai bagaimana cara manusia mengolah informasi yang diterimanya. Pada wilayah ini, tradisi pemikiran sosiopsikologi dan sibernetika secara bersamaan menjelaskan sistem pengolahan informasi oleh individu dengan focus perhatian pada masukan (input) berupa informasi dan keluaran (output) berupa rencana dan tindakan (behavior) dari sistem kognitif manusia. Pertanyaan yang sering diajukan dalam hal ini antara lain seperti bagaimana individu melakukan persepsi sehingga menimbulkan perhatian, ingatan, intervensi, seleksi, motivasi, perencanaan dan penentuan strategi.

Tradisi pemikiran sosiopsikologi dapat dibagi ke dalan tiga cabang besar, yaitu (1) teori perilaku atau behavioral; (2) teori kognitif; dan (3) teori biologis.

Bilingualisme ; Sebuah Kajian Sosio-Linguistik

  1. Penegertian Bilingualisme (Tsunaiyah al_Lugha)

Istilah bilingualisme (Inggris: Bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud bilingualisme itu, yakni berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Dalam perspektif sosiolinguistik, bilingualisme disrtikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama adalah ibu atau bahasa pertamanya (disingkat B1) dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2)

Orang yang isa menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual dalam bahasa Indonesia disebut dwibahasawan. Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Bilingualisme dan bilingualitas.

Jika kita perhatikan hubungan logika antara bilingualisme dan bilingualitas, maka akan dapat dimengerti bahwa tidak semua yang memiliki “billingualitas” akan mempraktikkan “bilingualisme” dalam kehidupan sehari-harinya, sebab hal ini tergantung pada situasi kebahasaan di lingkungannya. Namun, dapat pula kita pahami bahwa seseorang tidak akan dapat mempraktikkan “bilingualisme” tanpa memiliki “bilingualitas”. Singkatnya, bilingualisme brimplikasi pada bilingualitas.

  1. Diglosia (Lughah al-Mudzawijah)

Istilah digloisa ini pertama kali digunakan dalam bahasa Perancis diglossie yang diserap dari bahasa Yunani , ‘dwibahasa’) oleh bahasawan Yunani Ioannis Psycharis. Ahli bahasa Arab William Marcais lalu juga menggunakan pada tahun 1930 untuk menuliskan situasi bahasa di dunia Arab.

Diagnosa adalah suatu bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa-bahasa yang ada di masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam formal atau resmi dan tidak resmi atau non-formal. Contohnya misalkan di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis dan bahasa lisan.

  1. Hubungan Bilingualisme dengan Diglosia

Ketika diglosia diartikan sebagai adanya pembedaan fungsi atas penggunaan bahasa dan bilingualisme sebagai adanya penggunaan dua bahasa secara bergantian dalam masyarakat, maka Fishman menggambarkan hubungan diglosia sebagai berikut :

a. Bilingualisme dan diglosia

Di dalam masyarakat yang dikarekterisasikan sebagai masyarakat yang bilingualisme dan diglosia, hampir setiap orang mengetahui ragam atau bahasa T dan ragam atau bahasa R. kedua ragam atau bahasa itu akan digunakan menurut fungsinya masing-masing, yang tidak dapat dipertukarkan.

b. Bilingualisme tanpa diglosia

Di dalam masyarakat yang bilingualisme tetapi tidak diglosia terdapat sejumlah individu yang bilingual, namun mereka tidak membatasi penggunaan bahasa untuk satu situasi dan bahasa yang lain untuk situasi yang lain pula. Jadi, mereka dapat menggunakan bahasa yang manapun untuk situasi dan tujuan apapun.

c. Diglosia tanpa bilingualime

Di dalam masyarakat yang beriri diglosia tapi tanpa bilingualisme terdapat dua kelompok penutur. Kelompok pertama yang biasanya lebih kecil, merupakan kelompok ruling group yang bicara dalam bahasa T. sedangkan kelompok kedua yang biasanya lebih besar, tidak memiliki kekuasaan dalam masyarakat, hanya berbicara bahasa R, situasi diglosia tanpa bilingualisme banyak kita jumpai di Eropa sebelum perang dunia pertama.

d. Tidak bilingualisme dan tidak diglosia

Masyarakat yang tidak diglosia dan tidak bilingual tentunya hanya ada satu bahasa dan tanpa variasi serta dapat digunakan untuk segala tujuan. Keadaan ini hanya mungkin ada dalam masyarakat primitive atau terpencil, yang dewasa ini tentunya sukar ditemukan. Masyarakat yang tidak diglosia dan bilingual ini akan mencair apabila telah bersentuhan dengan masyarakat lain.

Sosiokultural

Pembahasan mengenai tradisi sosiokultural dapat kita mulai dengan menuliskan 20 pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan mengenai, “siapakah saya?”,. perhatikan kembali jawaban yang telah Anda tulis yang menjelaskan mengenai siapa diri Anda. Jika Anda menulis pernyataan seperti “pemalu”, “berjiwa seni”, “mahasiswa yang baik”, “suka musik”, “senang bergaul”, dan sebagainya, maka Anda tengah menjelaskan mengenai kualitas diri, sigat dan perbedaan individual yang Anda miliki, yang kesemuanya menunjukkan kondisi psikologis Anda. Sebaliknya, jika Anda menulis misalnya “anak tertua”, “Islam”, “tinggal di Jakarta”, “pengurus senat mahasiswa”, atau “anggota klub pencinta alam”, maka Anda menjelaskan mengenai identitas diri Anda sebagai anggota dari suatu kelompok, tempat Anda yang berada di tengah komunitas yang lebih besar, peran Anda dalam hubungannya dengan peran orang lain atau hubungan Anda dengan orang lain. Identitas terakhir inilah yang menjadi focus perhatian dari pemikiran atau tradisi sosiokultural.

Pendekatan sosiokultural dalam teori komunikasi membahas bagaimana berbagai pengertian, makna, norma, peran, dan aturan yang ada, bekerja dan saling berinteraksi dalam proses komunikasi. Teori sosiokultural dalam ilmu komunikasi mendalami dunia interaksi di mana di dalamnya manusia hidup. Teori ini menekankan gagasan bahwa realitas dibangun melalui suatu proses interaksi yang terjadi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.

Tradisi sosiokultural lebih terfokus pada pola-pola interaksi antarmanusia daripada hal-hal yang terkait denagn sifat atau jiwa yang dimiliki seorang individu. Interaksi adalah proses dan tempat di mana berbagai makna, peran, aturan, dan nilai budaya saling bekerja. Walaupun individu mengolah informasi secara kognitif, namun tradisi ini tidak terlalu tertarik dengan komunikasi pada level individu. Para peneliti yang berada dalam tradisi sosiokultural lebih tertarik untuk mempelajari pada cara bagaimana masyarakat secara bersama-sama menciptakan realitas dari keompok sosial organisasi, dan budaya mereka. Dengan demikian, berbagai kategori yangn digunakan individu untuk mengolah informasi dibuat atau diciptakan secara sosial dalam komunikasi.

Teori-teori yang berada dalam tradisi sosiokultural sanagt dipengaruhi oleh tiga teori penting dalam ilmu komunikasi, yaitu 1) teori interaksi simbolik; 2) teori konstuksi sosial; dan 3) teori sosiolinguistik.

1) Teori Interaksi Simbolik

Teori interaksi simbolik memiliki pengaruh yang sangat penting dalam tradisi sosiokultural karena teori ini berangkat dari ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan dan dipelihara dalam interaksi sosial.

2) Teori Konstruksi Sosial

Teori konstruksi sosial (social constructionism) atau disebut juga dengan teori ‘konstruksi sosial mengenai relitas (the social construction of reality) berasal dari hasil penelitian Peter Berger dan Thomas Luckmann, yang mencoba menyelidiki bagaimana pengetahuan manusiadibangun melalui interaksi sosial. Menurut teori ini, identitas suatu objek merupakan hasil dari bagaimana kita membicarakan objek bersangkutan, bahasa yang digunakan untuk menuangkan konsep kita, dan cara bagaimana kelompok sosial memberikan perhatiannya kepada pengalaman bersama mereka. Dengan demikian, menurut teori ini, keadaan atau sifat (nature) dari dunia menjadi kurang penting dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk menamakan, mendiskusikan dan mendekati dunia tersebut

3) Teori Sosiolinguistik

Pengaruh ketiga dalam tradisi teori komunikasi sosiokultural adalah sosiolinguistik, atau studi mengenai bahasa dan budaya. Hal penting dalam teori ini adalah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok sosial dan vudaya yang berbeda. Dalam hal ini, bahasa tidak semata-mata dipandang sebagai kendaraan untuk mennghubungkan para individu, namun bahasa menentukan siapa kita sebagai makhluk sosial dan budaya.

  1. Stategi Komunikasi Lintas Budaya

Teori kumpulan tindakan yang telah kita bahas sebelumnya dapat juga disebut engan teori dalam mikrokognitif karena membahas proses operasional kognitif secara khusus. Sebaliknya dua teori yang akan kita bahas berikut ini merupakan teori makrokognitif karena melihat bagaimanan kita menyusunpesan pada leven tindakan yang sulit. Barbara O’Keefe mengajukan dua pendekatan mengenai teori produksi pesan, yang disebut dengan model pilihan strategi (strategy choice) dan desain pesan (message design).

1. Teori mendapatkan kepatuhan

Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan. Mendapat kepatuhan (gaining complience) adalah upaya yang kita lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang kita tidak sukai. Pesan-pesan yang dibuat agar orang memiliki kepatuhan, merupakan salah satu topic yang paling banyak diteliti dalam ilmu komunikasi.

2. Teori konstruktivisme

Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Jesse Delia memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu komunikasi. Teori ini menyatakan bahwa individual merupakan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dulu melalui bagaimana car seseorang melihat sesuatu.

3. Teori Kesopanan.

Teori ini menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita merancang pesan yang dapat melindungi muka, sekaligus dapat mencapai tujuan lainnya.

Analisis :

Komunikasi merupakan aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Komunikasi merupakan alat penghubung antara satu orang ke orang lain. Komunkasi lintas budaya merupakan hubungan antara saru orang ke orang lain yang tesebar ke seluruh daerah yang ada di dunia

Studi yang mempelajari individu sebagai makhluk sosial merupakan kekuatan dari tradisi pemikiran sosiopsikologi. Pemikiran yang berasal dari bidang ilmu psikoogi sosial ini telah berkembang menjadi suatu pemikiran yang sangat berpengaruh dalam teori komunikasi. Pemikiran sosiopsikologi sangat bermanfaat dalam membantu kita memahami berbagai situasi sosial di mana kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang (judgements) menjadi biasa karena adanya factor kepercayaan (belief) dan perasaan (feeling) serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain.

Dalam tradisi sosiopsikologi, penjelasan psikologis adalah sangat penting karena menurut pemikiran ini, terdapat suatu mekanisme universal pada diri setiap individu yang akan mengarahkan tindakannya. Mekanisme universal ini dapat diketahui melalui riset yang cermat. Sebagai akibatnya, tradisi pemikiran ini sering kali diasosiasikan dengan “ilmu pengetahuan komunikasi”.

Pendekatan sosiokultural dalam teori komunikasi membahas bagaimana berbagai pengertian, makna, norma, peran, dan aturan yang ada, bekerja dan saling berinteraksi dalam proses komunikasi. Teori sosiokultural dalam ilmu komunikasi mendalami dunia interaksi di mana di dalamnya manusia hidup. Teori ini menekankan gagasan bahwa realitas dibangun melalui suatu proses interaksi yang terjadi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar