Kamis, Juli 22, 2010

Makna Filosofis Motif Batik Semen Romo

“Makna Filosofis Motif Batik Semen Romo”

oleh : Bakhtiar Adam

Keindahan yang kita temui pada motif batik melalui panca indera adalah termasuk keindahan visual. Pada motif-motif batik klasik disamping keindahan visual terdapat pula keindahan yang berhubungan dengan nilai atau paham kesaktian, yaitu karena pada saat motif-motif berkembang didalam situasi atau lingkungan kesaktian budaya. Nilai keindahan segi kesaktian budaya ini sebenarnya untuk kita generasi sekarang mungkin secara persis tidak dapat merasakan nilai keindahan itu. Untuk sedikit mendekati pengertian tentang nilai keindahan yang bersifat magis itu, maka diuraikan melalui simbol-simbol pada ornamen-ornamen didalam motif, dan dicoba menghubungkan dengan kepercayaan yang terdapat pada keadaan kesaktian budaya tersebut.

Kita akan meninjau makna filosofis secara singkat tentang motif “Semen Romo”. Nama motif “Semen Romo” menurut beberapa pendapat, kata “semen” berasal dari kata “semi” yaitu artinya “tumbuhnya bagian dari tanaman”. Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Ada juga yang mengaitkan kalau motif ini ada hubungannya dengan cerita Ramayana.

Pada bagian cerita Ramayana yang terkenal adalah ajaran atau paham “Hastha Brata” artinya ajaran keutamaan melalui delapan jalan. Pada motif-motif batik atau susunan seni batik klasik pada umumnya untuk melambangkan atau mengajarkan hal-hal keutamaan atau kebaikan-kebaikan. Bilamana kita cermati pada motif Sawat/Semen Romo, maka apakah ada kaitan antara sembilan ornamen pokok pada Sawat/Semen Romo dengan ajaran Hastha-Brata yang mengandung delapan simbol.

Bilamana pada selembar kain batik motif Semen Romo kurang memiliki dari sembilan unsur pokok tersebut maka tidak bisa dinamakan Semen Romo.

1. Ornamen Meru, melambangkan tanah atau bumi, atau gunung tempat para dewa.

2. Ornamen Lidah Api, melambangkan api, agni, geni atau dewa api, Batara Brahma, lambang yang sakti. Lidah api digambarkan juga sebagai cemukiran.

3. burungOrnamen Baito, atau kapal laut, barang yang bergerak di pada air, atau dilambangkan dengan binatang yang hidup di air seperti katak dan siput.

4. Ornamen Burung, lambang dunia atas atau udara.

5. Ornamen Garuda atau Rajawali, lambang dari matahari dan tata surya.

6. Ornamen Pusaka, atau pusaka keraton dilambangkan dengan tombak. Pusaka itu mempunyai makna semacam daru atau wahyu yaitu semacam cahaya gemerlapan, lambang kegembiraan dan ketenangan.

7. Ornamen Dampar atau Takhta atau Singgasana, lambang dari kekuasaan, kekuasaan yang adil dan pelindung rakyat. Takhta adalah tempat duduk raja. Raja atau kekuasaan sakti itu kadang-kadang dilambangkan dengan mahkota.

8. binatangOrnamen Binatang, binatang yang hidup di darat beberapa diantaranya dianggap binatang yang keramat seperti sapi dan banteng. Pada paham triloka, binatang darat itu melambangkan dunia tengah atau arcapada, madyapada. Binatang dianggap juga sebagai penjelmaan dewa Wisnu.

9. Ornamen Pohon Hayat, melambangkan dunia tengah. Didalam seni wayang kulit, Pohon Hayat digambarkan dengan bentuk gunungan.

Selanjutnya bila kita tinjau dengan watak-watak dalam ajaran Astha Brata adalah sebagai berikut: Astha Brata adalah wejangan keutamaan Ramawijaya kepada Wibisana ketika dinobatkan jadi raja di negara Ngalengka. Jadi ajaran Astha Brata itu ditujukan kepada seorang raja atau pemimpin rakyat, yaitu orang yang memegang kekuasaan. Penobatan raja ini di dalam motif Semen Romo, mungkin dilambangkan dengan ornamen Dampar atau Takhta, yaitu lambang kekuasaan.

Watak-watak atau brata yang diajarkan oleh Sang Rama yaitu:

a. Enda-Brata, bersifat darma, pemberi kemakmuran dan pelindung dunia dengan pemberi hujan, memelihara kehidupan dunia.

b. Yama-brata, menghukum yang bersalah dengan memelihara keadilan. Dalam motif Rama dapat disimbolkan dengan awan dan mega mendung.

c. Surya-brata, atau watak matahari, yaitu mempunyai sifat tabah.

d. Sasi-brata, atau watak Candra, bersifat menggembirakan dunia dan memberi hadiah kepada yang berjasa.

e. Bayu-brata, atau anila brata, yaitu watak luhur yang tidak nampak karena tidak ditonjol-tonjolkan. Angin atau dunia atas dilambangkan dengan ornamen burung.

f. Dhanaba-brata atau Kuwera-brata, ialah berwatak sentosa dan berusaha memberikan kemakmuran (sandang pangan) kepada bawahannya.

g. Pasa-brata, atau Baruna-brata, ialah wataknya dewa air bersenjatakan Nagapasa yang sangat berbisa. Dewa laut mempunyai hati yang lapang seperti lautan tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dewa laut itu dilambangkan dengan bentuk kapal.

h. Agni-brata, yaitu watak dewa api, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Api dilambangkan dengan lidah api, bentuk ornamen seperti cemukiran atau modang.

i. Subyek Astha-brata, yaitu raja dilambangkan dengan Dampar.

Demikianlah gambaran ajaran keutamaan didalam Astha-brata yang mungkin sekali ada hubungannya dengan arti filosofis didalam motif batik Semen Romo. Tentang kebenaran arti filosofis tentunya kita kembalikan kepada para cerdik pandai untuk menelaah lebih lanjut. Uraian diatas adalah hanya sedikit gambaran dari motif batik klasik dimana berkembang pada zaman yang masih diliputi oleh kesaktian budaya sehingga didalamnya terkandung estetika magis.

Pada umumnya ornamen pokok pada motif-motif yang tergolong Semen, adalah sbb:

1) Ornamen yg berhubungan dengan daratan seperti tumbuhan atau lung-lungan, binatang berkaki empat.

2) Ornamen yang berhubungan dengan udara seperti burung garuda, burung-burung atau megamendung.

3) Ornamen yang berhubungan dengan laut atau air seperti ikan, ular dan katak.

Jenis ornamen yang menjadi pokok penyusunan motif tersebut mungkin sekali ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana pada zaman dahulu, yaitu paham adanya tiga dunia atau tiga alam, dunia tengah tempat manusia hidup dengan badan wadag (kasar) atau jasmaniah, dunia atas tempat para dewa dan para suci, sedang dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar, durhaka dan angkara murka. Sehingga suatu ekpresi ajaran keutamaan pada waktu itu disalurkan melalui hasil budaya diantaranya diciptakan motif-motif batik.

Motif-motif batik yang tergolong motif-motif modern, untuk mencapai keindahan jiwa biasanya tidak menonjol atau tidak ada sama sekali, dan yang ada hanya merupakan keindahan visual. Sehingga sering terjadi bahwa pemberian nama pada motif batik tidak sesuai dengan ragam hias yang ada dalam mo­tif tersebut. Salah satu penilaian yang diberikan oleh Unesco bahwa batik merupakan warisan budaya tak benda milik bangsa Indonesia dikarenakan bahwa batik-batik Indonesia tidak hanya memiliki keindahan visual namun keindahan jiwa yang penuh dengan makna filosofis dan sebagian batik masih digunakan untuk acara-acara tertentu yang masih melekat pada masyarakat Indonesia secara turun temurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar