Kamis, Juli 22, 2010

INTERAKSI SIMBOLIK

oleh: Neneng Supriatin Widya

Interaksi simbolik merupakan aliran sosiologi Amerika yang lahir dari tradisi Psikologi. Karya-karya para psikolog Amerika seperti Williams James, James Mark Baldwin dan John Dewey. Yang kemudian membantu mengembangkan teori psikologi social dalam sosiologi Amerika. Menurut dictum Cooley imajinasi yang dimiliki manusia merupakan fakta masyarakat yang solid dan berfungsi sebagai suatu warisan realitas dunia subjektif. Dikemukakan sebuah contoh: bilaman orang membatasi sesuatu sebagai hal yang rill, maka batasan-batasan subyektif tentang sesuatu itu juga akan memiliki konsekuensi-konsekuensi yang rill, (Thomas, 41-43). Apa yang diwariskan Thomas bagi para sosiologi ialah pengertian-pengertian subyektif yang dikaitkan pada fenomena yang mempunyai hasil atau konsekuensi-konsekuensi obyektif. Dalam pandangan interaksi simbolik manusia bukan dilihat sebagai produk yang ditentukan oleh struktur atau situasi obyektif, tetapi paling tidak sebagian, merupakan actor-aktor yang bebas. Pendekatan kaum intrasksionis menekankan perlunya sosiologi memeprhatikan definisi atau interpretasi subjektif yang dilakukan actor terhadap stimulus obyektif, bukannya melihat aksi sebagai tanggapan langsung terhadap stimulus social. Menurut Mead orang tak hanya menyadarai orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri. Dengan demikian orang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain, tetapi secara simbolis dia juga berinteraksi dengan dirinya sendiri. Interaksi simbolis dilakukan dengan menggunakan bahasa, sebagai satu-satunya symbol yang terpenting, dan melalui isyarat. Symbol bukan merupakan fakta-fakta yang sudah jadi, symbol berada dalam proses yang bersambaung (continew). Proses pneyampaian makna inilah yang merupakan subyrk matter dari sejumlah analisa kaum interaksi simbolik. Dalam intewraksi orang belajar memahami symbol-simbol konvensional, dan dalam suatu pertandingan mereka belajar menggunakan sehingga mampu memahami peranan actor-aktor lainnya. Seorang penyanyi misalnya, tahu benar bahwa tepuk tangan para penonton merupakan cermin rasa senang terhadap penampilannya.

Bagi Blumer interaksi simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu : pertama, manusia bertindak terhadap sesustu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Kedua, makna tersebut berasal dari interaksi social seseorang dengan orang lain. Ketiga, makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi social berlangsung. Tindakan manusia penuh dengan penafsiran dan pengertian. Tindakan-tindakan mana saling diselaraskan dan menjadi apa yang disebut kaum fungsionalis sebagai struktur social. Blumer lebih senang menyebut fenomena ini sebagai tindakan bersama atau pengorganisasian secara social tindakan-tindakan yang berbeda dari partisipan yang berbeda pula. Setiap tindakan berjalan dalam bentuk prosesual, dan masing-masing saling berkaitan dengan tindakan-tindakan prosesual dari orang lain. Bagi Blumer tindakan lebih dari hanya sdekedar performance tunggal yang diuraikan dalam penjelasan “impression management” Goffmen. Dan Blumer mengaskan pula prioritas interaksi kepada struktur dengan masyarakat bahwa proses social dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menghjancurkan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menghancurkan kehidupan kelompok. Kaum interaksi simbolik menegaskan sisi lain yaitu, bahwa struktur social merupakan hasil interaksi manusia. Dengan demikian, bagi Blumer studi masyarakat harus merupakan studi dari tindakan bersama, ketimbang prasangka terhadap apa yang dirasakan sebagai sitem yang kabur dan berbagai syarat fungsional yang sukar difahani. Masyarakat merupakan hasil interaksi simbolik dan aspek inilah yang harus merupakan masalah bagi para sosiologi. Bagi Blumer keistimewaan pendekatan kaum interaksi simbolik ialah manusia dilihat saling menafsirkan atau membatasi masing-masing tindakan mereka dan bukan hanya saling bereaksi kepada setiap tindakan itu menurut mode stimulus-respon. Dengan demikian interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan symbol-simbol, oleh penafsiran, oleh kepastian makna dari tindakan-tindakan orang lain. Blumer tidak mnedesakan prioritas dominasi kelompok atau struktur, tetapi melihat tindakan kelompok sebagai kumpulan dari tindakan individu: masyarakat harus didlihat sebagai terdiri dari tindakan orang-orang, dan kehidupan masyarakat terdiri dari tindakan-tindakan orang itu, dan blumer melanjutkan ide ini dengan menunjukkan bahwa kehidupan kelompok yang demikian merupakan respon pada situasi-situasi dimana orang menemulan dirinya. Situasi tersebut dapat terstruktur, tetapi Blumer berhati-hati mnenetang pengabaian arti penting penafsiran sekalipun dalam lembaga-lembaga yang relative tetap. Dalam melihat masyarakat, Blumer menegaskan dua perbedaan kaum fungsional structural dan interaksi simbolik. Pertama, dari sudut interaksi simbolik. Organisasi masyarakat manusia merupakan suatu kerangka dimana tindakan sosisl berlangsung dan bukan merupakan penentu tindakan itu. Kedua, organisasi yang demikian dan perubahan yang terjadi di dalamnya adalah produk dari kegiatan unit-unit yang bertindak dan tidak oleh kekuatan-kekuatan yang membuat unit-unit itu berada diluar penjelasan. Interaksi simbolik yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah ide-ide dasar yang dapat diringkas sebagai berikut: (1). masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi, kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur social. (2). Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain. Interaksi non-simbolik mencangkup stimulus respon yang sederhana, seperti halnya batuk untuk membersihkan tenggorokan sesorang. Interaksi simbolik mencangkup penafsiran tindakan, bila dalam pembicaraan seseorang pura-pura batuk ketika tidak setiju dengan pokok-pokok yang diajukan oleh si pembicara, batuk tersebut menjadi suatu symbol yang berarti menyampaikan penolakkan. Bahasa tentu saja merupakan symbol berarti yang paling umum. (3). Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang intrinsic: makna lebih merupakan produk interaksi simbolik, obyek-obyek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang luas : a. obyek fisik, seperti meja, tanaman, atau mobil. b. subjrk social seperti ibu, guru, mentri atau teman. c. obyek abstrak seperti nilai-nilai, hak dan peraturan. (4). Manusia tidak hanya mngenal obyek eksternal, mereka dapat melihat dirinya sebagai obyek. Pandangan terhadap diri sendiri ini, sebagaimana dengan semua objek, lahir disaat interaksi simbolik. (5). Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Pada dasrnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dalam dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirka hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar