Jumat, Juli 23, 2010

Komunikasi Lintas Budaya
oleh: Rangga Adi Putra

Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu.
Hammer dari Hall mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya memenuhi syarat dijadikan salahsatu kajian ilmu komunikasi karena:
1. Secara teoretis memindahkan fokus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan yang dibandingkan.
2. Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.
3. Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.
4. Terkait dengan peranan kebudayaan yang mempengaruhi perilaku

Asumsi teoretis yang mendasari pendapat di atas :
 Perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
 KAB mengandung isi dan relasi antarpribadi.
 Gaya personal mempengaruhi KAP.
 Tujuan KAB: mengurangi ketidak pastian.
 Komunikasi berpusat pada Kebudayaan.
 Tujuan KAB adalah Efektivitas antarbudaya
Pembahasan komunikasi lintas budaya yang berkisar pada perbandingan perilaku komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan perbedaan dan persamaan antara lain :
Persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap pembentukan persepsi.
Kognisi, yang terdiri dari unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan cara berpikir.
Sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi;
Kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi karakter atau watak bangsa.

Prinsip-prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi, dengan menggunakan istilah-istilah lain untuk merujuk pada prinsip prinsip komunikasi ini. Willian B. Gudykunst dan Young Yun Kim, menyebutnya asumsi-asumsi Komunikasi, Cassandra L.Book, Bert E. Bradley, Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, Sarah Trenholm, dan Arthur Jensen, menyebutnya karakteristik komunikasi.
Berikut adalah Prinsip-prinsip komunikasi :
• KOMUNIKASI ADALAH SUATU PROSES SIMBOLIK
Salah satu kebutuhan pokok manusia, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang.
• SETIAP PERILAKU MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI
Kita tidakdapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komuniikasi terjadi bila seseorang memberikan makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
• KOMUNIKASI PUNYA DIMENSI ISI DAN DIMENSI HUBUNGAN
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaraktkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
• KOMUNIKASI ITU BERLANGSUNG DALAM BERBAGAI TINGKAT KESENGAJAAN
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak sengaja sama sekali (missal ketika anda melamun sementara orang memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-benar direnacanakan dan disadari (ketika anda menyampaikan suatu pidato).
• KOMUNIKASI MELIBATKAN PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI
Ketika orang-orang berkomunikasi , mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka, dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons.
• KOMUNIKASI ITU BERSIFAT SISTEMIK
Setiap individu adalah suatu system yang hidup ( a living system ). Komunikasi juga menyangkut suatu system dari unsure-unsurnya. Setidaknya dua system dasar beroprasi dalam transaksi komunikasi itu : system internal dan eksternal. Sistem internal ini adalah seluruh system nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi. Sistem Eksternal terdiri dari unsure-usnur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kat ayng ia pilih utk berbicara, isyarakat fisik peserta, dan temperature ruangan.
• SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).
• KOMUNIIKASI BERSIFAT PROSESUAL DINAMIS, DAN TRANSAKSIONAL
Komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (continues). Komunikasi sebagai proses ini dapat dianalogikan dengan apa yang dikatakan Heraclitus enam abag sebelum Masehi bahwa: “Seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali”. Komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian mwnjadi bagian dari sejarah kita.
• KOMUNIKASI BERSIFAT IRRESVERSIBLE
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati2 untuk menyampaikan suatu pesan kepad aorang lain, sebab yaitu tadi, efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali.
• KOMUNIKASI BUKAN PANASEA UNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH
Bayak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu. Karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah structural. Agar komunikasi efektif, kendala structural ini juga harus diatasi..
BILINGUALISME
Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosialinguistik secara umum, bilinguslisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73).
Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2).
Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme dengan segala jabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasaan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
pendapat-pendapat atau definisi lain tentang bilingualisme oleh para pakar ahlinya. Menurut para pakar bilingualisme didefinisikan sebagai berikut:
1. Robert Lado (1964-214)
Bilingualisme merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya oleh seseorang.
2. MacKey (1956:155)
Bilingualisme adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan bilingualisme sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
3. Hartman dan Stork (1972:27)
Bilingualisme adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
4. Bloomfield (1958:56)
Bilingualisme merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasaan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.
5. Haugen (1968:10)
Bilingualisme adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara lebih umum maka pengertian kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. Mengemukakan kedwibahasaan dengan tahu dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau understanding without speaking.
6. Oksaar
Berpendapat bahwa bilingualisme bukan hanya milik individu, namun harus diperlakukan sebagai milik kelompok, sehingga memungkinkan adanya masyarakat dwibahasawan. Hal ini terlihat di Belgia menetapkan bahasa Belanda dan Perencis sebagai bahasa negara, Finlandia dengan bahasa Find dan bahasa Swedia. Di Montreal Kanada, bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya, sehingga warga montreal dianggap sebagai masyarakat dwibahasawan murni.

Jadi dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa bilingualisme berhubungan erat dengan pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang dwibahasawan atau masyarakat dwibahasawan secara bergantian. Pengertian bilingualisme adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseftif oleh seorang individu atau oleh masyarakat.

Pembagian Kedwibahasaan atau Bilingualisme
Adapun beberapa jenis pembagian kedwibahasaan berdasarkan tipologi kedwibahasaan, yaitu :
• Kedwibahasaan Majemuk (compound bilingualism)
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik dari pada kemampuan berbahasa bahasa yang lain. Kedwibahasaan ini didasarkan pada kaitan antara B1 dengan B2 yang dikuasai oleh dwibahasawan. Kedua bahasa dikuasai oleh dwibahasawan tetapi berdiri sendiri-dendiri.
• Kedwibahasaan Koordinatif / sejajar
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baik oleh seorang individu. Kedwibahasaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2. Orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.
• Kedwibahasaan Sub-ordinatif (kompleks)
Kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1. Adalah sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu bahasa yang besar sehinga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat kehilangan B1-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar